Petani Kopi Liberica Kalimantan Barat: Tantangan Sawit & Harapan Baru

Petani Kopi Liberica Kalimantan Barat: Tantangan Sawit & Harapan Baru
Sumber: Liputan6.com

Indonesia, dikenal sebagai penghasil kopi arabica dan robusta dari Sabang sampai Merauke. Namun, di balik popularitas dua jenis kopi tersebut, tersimpan potensi lain yang tak kalah menarik: kopi liberica. Kopi liberica, khususnya yang berasal dari Kalimantan Barat, memiliki keunikan dan daya jual tinggi yang bisa mendorong perekonomian masyarakat lokal.

Salah satu petani kopi liberica yang telah merasakan manfaatnya adalah Gusti Iwan Darmawan. Ia menceritakan pengalamannya berjuang di tengah persaingan ketat dengan komoditas kelapa sawit dalam ajang World of Coffee (WOC) 2025 di Jakarta.

Bersaing dengan Komoditas Sawit: Tantangan Petani Kopi Liberica

Gusti, pemilik brand Kojal Coffee, mengatakan bahwa kopi liberica menjadi andalan di Kalimantan Barat karena cocok ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 5-7 mdpl. Hal ini berbeda dengan kopi arabica dan robusta yang umumnya tumbuh di daerah pegunungan.

Persaingan dengan kelapa sawit menjadi tantangan utama. Permintaan kelapa sawit yang sangat tinggi membuat banyak petani beralih menanam sawit, sehingga lahan untuk kopi semakin berkurang.

Meskipun harga jual buah kopi (Rp 8.000/kg) lebih tinggi daripada sawit (Rp 2.500/kg), tingginya permintaan sawit membuat banyak petani lebih memilih menanam sawit.

Gusti menyayangkan hal ini, karena menurutnya, para petani kopi belum merasakan manfaat yang cukup signifikan sehingga lebih memilih komoditas yang lebih menjanjikan secara ekonomi.

Kopi Liberica dan Budidaya Ramah Lingkungan di Belakang Mangrove

Kojal Coffee, merek kopi liberica dari Kayong Utara, Kalimantan Barat, menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Kopi liberica mereka dibudidayakan di belakang tanaman mangrove.

Budidaya kopi liberica di belakang mangrove memberikan manfaat ganda. Selain menghasilkan kopi berkualitas, mangrove juga melindungi kawasan pesisir dari abrasi.

Gusti menjelaskan bahwa kopi liberica membutuhkan perlindungan mangrove agar terhindar dari genangan air. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi kopi liberica Kalbar.

Pemerintah daerah telah memberikan perhatian, meskipun belum secara intensif. Gusti dan para petani kopi lainnya terus berupaya untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar.

Mereka berharap adanya skema yang menarik agar masyarakat lokal lebih tertarik untuk menanam kopi. Tanaman kopi dianggap lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan sawit.

Cita Rasa Unik Kopi Liberica: Fruity, Floral, dan Aroma Khas

Kopi liberica memiliki cita rasa unik yang membedakannya dari jenis kopi lain. Rasanya cenderung fruity dan floral, dengan aroma nangka dan herbal.

Aroma buah-buahan seperti apel hijau dan anggur, serta manisnya gula tebu, juga ditemukan dalam kopi liberica Kalbar. Sementara itu, kopi liberica Jambi memiliki aroma manis seperti kelapa.

Uniknya, cita rasa kopi liberica dapat bervariasi, bahkan antar desa sekalipun. Hal ini menambah kekayaan rasa dan potensi kopi liberica di Indonesia.

Gusti berharap kopi liberica Kalbar dapat semakin dikenal dan diapresiasi. Dengan dukungan yang tepat, kopi liberica berpotensi besar untuk menjadi komoditas unggulan yang mensejahterakan petani dan melestarikan lingkungan.

Ke depannya, peningkatan dukungan pemerintah dan inovasi dalam pemasaran akan sangat penting untuk mendorong keberhasilan kopi liberica. Potensi yang besar ini patut dimaksimalkan agar dapat bersaing dengan komoditas lain dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat serta lingkungan di Kalimantan Barat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *