Kebijakan Transfer Man United: Kritik Keras Rangnick Terhadap Irasinya

Ralf Rangnick, mantan pelatih Manchester United dan kini pelatih timnas Austria, melontarkan kritik pedas terhadap mantan klubnya. Kritik tersebut menyoroti masalah struktur kepemimpinan, kebijakan transfer yang tidak rasional, dan krisis kepemimpinan yang berkepanjangan sejak kepergian Sir Alex Ferguson.

Dalam wawancara dengan media Sport, Rangnick mengungkapkan ketidakjelasan struktur pengambilan keputusan di Manchester United. Ia mengaku kesulitan menentukan siapa yang tepat untuk dihubungi terkait perekrutan pemain baru. “Sejak Sir Alex pergi, saya pikir mereka punya masalah besar soal siapa yang benar-benar membuat keputusan di klub ini,” ujarnya. Ia menambahkan, “Saat saya melatih di sana, jujur saya tidak tahu siapa yang bisa diajak bicara ketika ingin mendatangkan pemain baru. Terlalu banyak orang, terlalu banyak birokrasi, tapi di akhir keputusan tetap sulit dibuat.”

Rangnick juga mempertanyakan efisiensi kebijakan transfer Manchester United, khususnya pembelian pemain yang sudah berusia di atas 28 tahun. Ia secara tersirat mengkritik pembelian Casemiro dari Real Madrid seharga 60 juta poundsterling (plus bonus 10 juta poundsterling) di usia 30 tahun. “Kalau saya jadi pemilik atau direktur olahraga, saya hanya akan fokus membeli pemain muda,” tegas Rangnick. “Tidak masuk akal menghabiskan £50-60 juta untuk pemain berusia 28 atau 30 tahun.”

Ia melanjutkan analisisnya dengan perhitungan biaya yang fantastis untuk pemain berusia lanjut. “Mari kita hitung. Kontrak 5 tahun, gaji rata-rata £15 juta per tahun, itu sudah £75 juta, ditambah biaya transfer dan komisi agen — totalnya bisa mencapai £130 juta untuk satu pemain. Apakah itu efisien?” Pertanyaan retoris ini mempertegas kekhawatiran Rangnick akan investasi jangka panjang yang kurang bijaksana.

Meskipun Casemiro menjadi pemain penting bagi Manchester United dan tampil dalam 125 pertandingan, performa nya musim lalu dinilai menurun. Hal ini semakin memperkuat argumen Rangnick tentang pentingnya berinvestasi pada pemain muda dengan potensi jangka panjang yang lebih besar. Strategi jangka panjang ini dinilai lebih efisien dan berkelanjutan dibandingkan dengan pembelian pemain bintang yang berusia lebih matang namun dengan masa bakti yang lebih singkat.

Dengan Manchester United yang kini berada di bawah kendali pelatih baru, Ruben Amorim, kritik Rangnick menjadi sebuah pengingat penting. Membangun kembali klub yang besar seperti Manchester United tidak hanya bergantung pada perekrutan pemain mahal. Struktur kepemimpinan yang kuat, transparan, dan terarah sangat krusial. Kejelasan dalam pengambilan keputusan, khususnya terkait strategi transfer, akan menjadi penentu keberhasilan klub di masa depan.

Rangnick mengakhiri wawancaranya dengan pernyataan yang tegas dan gamblang: “United butuh operasi jantung terbuka, saya sudah bilang itu sejak 2022. Sekarang, apakah mereka berani melakukannya?” Pernyataan ini menggambarkan betapa seriusnya masalah yang dihadapi Manchester United dan betapa mendalamnya perubahan yang dibutuhkan klub untuk kembali bersaing di level tertinggi.

Kesimpulannya, kritik Rangnick terhadap Manchester United menyoroti masalah mendasar yang perlu ditangani secara serius oleh manajemen klub. Krisis kepemimpinan, kebijakan transfer yang kurang efisien, dan kurangnya visi jangka panjang menjadi isu-isu utama yang perlu segera diatasi agar Manchester United dapat bangkit dan kembali ke jalur prestasi.

Kontributor: M.Faqih

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *