Sebanyak 19 narapidana (napi) berhasil kabur dari Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Nabire, Papua Tengah, pada Senin, 2 Juni 2025. Kejadian ini telah mendorong pihak Lapas untuk meningkatkan pengamanan dan memperbaiki prosedur operasional standar (SOP) guna mencegah kejadian serupa terulang.
Kepala Lapas Kelas IIB Nabire, Edi Saputra, menyatakan komitmennya untuk memperketat sistem keamanan. Langkah-langkah tersebut diambil sebagai respon atas pelarian massal napi yang telah menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
Peningkatan Pengamanan Lapas Nabire Pasca Kaburnya 19 Napi
Pihak Lapas Nabire telah memperkuat sistem pengamanan internal. Hal ini termasuk penambahan personel dan evaluasi menyeluruh terhadap SOP yang ada.
Koordinasi yang intensif juga dilakukan dengan aparat keamanan setempat, seperti Polres Nabire dan Kodim Nabire. Kerjasama ini bertujuan untuk mencegah kemungkinan upaya pelarian napi selanjutnya dan melakukan penangkapan terhadap napi yang melarikan diri.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) sebelumnya telah mengirimkan lima petugas tambahan ke Lapas Nabire. Namun, petugas tambahan tersebut masih dalam tahap penempatan dan belum bertugas saat kejadian kaburnya 19 napi tersebut.
Investigasi Mendalam atas Pelarian Massal
Edi Saputra menegaskan bahwa pelarian 19 napi tersebut bukan merupakan tindakan spontanitas. Pihak Lapas meyakini bahwa kejadian ini telah direncanakan secara matang oleh para napi.
Modus operandi yang digunakan para napi melibatkan dua napi yang berpura-pura menuju ruang registrasi. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan untuk menyerang petugas jaga dan membuka akses bagi napi lain untuk kabur.
Setelah insiden kaburnya 19 napi, aparat gabungan melakukan razia di sekitar Lapas. Razia tersebut berhasil menemukan 38 handphone dan sejumlah senjata tajam yang diduga dimiliki oleh para napi.
Evaluasi SOP dan Perbaikan Sistem Keamanan
Dengan penambahan lima petugas, Edi Saputra optimistis pengamanan di Lapas Nabire akan membaik. Namun, peningkatan keamanan tidak hanya bergantung pada jumlah personel saja.
Evaluasi menyeluruh terhadap SOP dan sistem keamanan menjadi prioritas utama. Hal ini termasuk review terhadap prosedur pengawasan, sistem kunci, dan prosedur penanganan situasi darurat.
Selain itu, pelatihan dan peningkatan kemampuan petugas keamanan juga menjadi bagian penting dari upaya perbaikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan petugas dalam mencegah upaya pelarian napi.
Kejadian kaburnya 19 napi dari Lapas Nabire menjadi pelajaran berharga. Perbaikan sistem keamanan dan SOP yang komprehensif sangat penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang. Kerja sama yang erat antara pihak Lapas dengan aparat keamanan setempat juga krusial dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan Lapas.