Pemerintah Afrika Selatan menegaskan komitmennya terhadap hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS), sekaligus membantah tudingan anti-Amerika. Pernyataan ini muncul sebagai respons atas ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan pada negara-negara yang dianggap berpihak pada kelompok BRICS. Ancaman tersebut meningkatkan ketegangan geopolitik dan memicu reaksi dari berbagai negara.
Afrika Selatan menekankan bahwa negosiasi perdagangan bilateral dengan AS masih berlangsung dengan baik. Mereka menunggu komunikasi resmi dari pemerintah AS terkait kelanjutan pembicaraan ini.
Bantahan Afrika Selatan atas Tudingan Anti-Amerika
Juru bicara Kementerian Perdagangan Afrika Selatan, Kaamil Alli, menyatakan bahwa negaranya tidak anti-Amerika. Pernyataan ini disampaikan menyusul ancaman Trump yang akan memberlakukan tarif tambahan 10 persen bagi negara-negara yang dianggap berpihak pada BRICS. Ancaman ini disampaikan melalui platform media sosial Truth Social.
Trump menuduh BRICS menerapkan kebijakan anti-Amerika dan memberikan tenggat waktu hingga 9 Juli 2025 bagi negara-negara mitra dagang AS untuk menyepakati kesepakatan perdagangan. Jika tidak, tarif tinggi yang diumumkan pada April akan kembali diberlakukan mulai 1 Agustus 2025.
Alli menambahkan bahwa perundingan perdagangan antara Afrika Selatan dan AS yang dimulai sejak Mei 2025 masih berlangsung positif. Pertemuan langsung antara Presiden Cyril Ramaphosa dan Presiden Trump di Gedung Putih pada bulan Mei lalu menjadi landasan bagi pembicaraan ini.
Respons China dan Negara BRICS Lainnya
Bukan hanya Afrika Selatan yang merespon ancaman Trump. China juga membantah tuduhan bahwa BRICS merupakan kelompok anti-Amerika. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan BRICS sebagai platform kerja sama negara berkembang yang mengedepankan keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama saling menguntungkan.
BRICS, menurut Mao Ning, tidak terlibat dalam konfrontasi blok dan tidak ditujukan kepada negara mana pun. Pernyataan ini menunjukkan upaya China untuk meredakan ketegangan yang muncul akibat ancaman tarif dari AS.
Pertemuan puncak BRICS di Brasil sebelumnya mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik peningkatan tarif sepihak dan hambatan perdagangan non-tarif. Pernyataan ini, meskipun tidak secara langsung menyebut AS, dianggap sebagai sindiran terhadap kebijakan perdagangan AS.
Ancaman Tarif dan Dinamika Geopolitik
Ancaman Trump untuk mengenakan tarif tambahan 10 persen kepada negara-negara yang “menyelaraskan diri dengan kebijakan anti-Amerika dari BRICS” meningkatkan ketegangan geopolitik. Trump tidak merinci secara spesifik kebijakan apa yang dianggap anti-Amerika.
Namun, pernyataan tersebut muncul setelah pertemuan puncak BRICS di Brasil yang mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik kebijakan perdagangan AS. BRICS, sebagai kelompok negara berkembang, semakin dipandang sebagai tandingan terhadap dominasi ekonomi Barat yang dipimpin AS.
Meskipun demikian, respons dari China dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa tidak semua anggota BRICS siap untuk berkonfrontasi secara terbuka dengan Washington. Mereka berupaya untuk menyeimbangkan hubungan dengan AS dan mempertahankan kerja sama dalam BRICS.
Afrika Selatan dan China berusaha untuk meredakan ketegangan dengan AS. Mereka menegaskan kembali komitmen terhadap kerja sama ekonomi dan perdagangan, namun tanpa mengorbankan kepentingan nasional mereka. Situasi ini menandakan kompleksitas hubungan internasional dan tantangan dalam mengelola persaingan geopolitik di era globalisasi. Ke depannya, perkembangan hubungan antara BRICS dan AS akan sangat mempengaruhi dinamika ekonomi dan politik global.
