Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan empat atlet disabilitas binaan NPCI Kabupaten Bekasi tengah membawa koper dan tas di pinggir jalan. Mereka diduga diusir dari mes atlet di Villa Putra Cakung, Sukatani, Bekasi. Salah satu atlet, Indah Permatasari (25), menjelaskan kronologi kejadian yang menghebohkan ini.
Indah dan rekan-rekannya mengaku dikeluarkan dari mes setelah dicoret dari daftar atlet yang dipanggil untuk latihan. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi dan perlakuan terhadap para atlet berprestasi.
Atlet Disabilitas Bekasi Diduga Terusir dari Mes
Keempat atlet tersebut merasa terkejut dan kecewa karena tidak ada pemberitahuan resmi sebelumnya. Mereka hanya mengetahui dicoret dari daftar atlet setelah menerima surat keputusan (SK).
Pada 11 Juni 2025, mereka akhirnya meninggalkan mes setelah menyadari tidak lagi termasuk dalam tim binaan. Langkah selanjutnya adalah mencari kejelasan dengan mendatangi kantor NPCI Kabupaten Bekasi.
Pertanyaan Mengenai Honor dan Transparansi
Di kantor NPCI, mereka mempertanyakan alasan dicoretnya nama mereka dari daftar atlet. Selain itu, mereka juga menuntut kejelasan pembayaran honor selama dua bulan terakhir yang belum diterima.
Setelah audiensi, honor tersebut akhirnya dibayarkan. Namun, jumlahnya hanya untuk satu bulan, bukan dua bulan seperti yang seharusnya, tanpa penjelasan yang memuaskan.
Kekecewaan dan Dugaan Ancaman
Para atlet merasa diperlakukan tidak adil. Mereka menganggap dicoretnya nama mereka dari daftar atlet merupakan hukuman tanpa penjelasan yang transparan.
Kekecewaan semakin bertambah karena adanya dugaan ancaman dari pengurus NPCI terhadap atlet yang berani bersuara. Indah mengaku mendengar pernyataan seorang pengurus yang mengancam akan mengeluarkan atlet yang protes.
Bantahan dari Pengurus NPCI Kabupaten Bekasi
Pihak NPCI Kabupaten Bekasi membantah telah mengusir para atlet. Abdul Rouf, Humas NPCI Kabupaten Bekasi, menyatakan bahwa atlet tersebut mengambil barang-barang mereka sendiri setelah mengetahui tidak dipanggil lagi untuk latihan.
Menurut Rouf, verifikasi yang dilakukan terhadap 115 atlet menghasilkan 45 atlet yang terdegradasi, termasuk karena faktor indisipliner dan perubahan kategori pertandingan. Ia menekankan bahwa para atlet yang tercoret bukan diusir, melainkan tidak lagi termasuk dalam tim binaan untuk periode 2025.
Verifikasi Atlet dan Sistem Promosi-Degradasi
Proses verifikasi atlet dilakukan sebagai bagian dari sistem promosi dan degradasi untuk meningkatkan prestasi atlet. Aturan ini dinilai penting untuk menjaga kualitas tim.
Namun, kejelasan proses dan komunikasi yang kurang baik kepada atlet diduga menjadi penyebab kontroversi ini. Kurangnya transparansi inilah yang memicu kekecewaan dan protes dari para atlet.
Rouf juga membantah tudingan adanya ancaman dari pengurus terhadap atlet yang bersuara. Ia menantang pihak yang merasa diancam untuk menunjukkan bukti berupa chat, rekaman suara, atau video. Pihak NPCI tampaknya ingin menekankan bahwa tindakan mereka sesuai prosedur dan tidak ada unsur intimidasi.
Meskipun pihak NPCI memberikan penjelasan, isu ini tetap menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan perlakuan terhadap atlet disabilitas. Kejadian ini menjadi sorotan dan perlu ditindaklanjuti guna memastikan hak-hak atlet terlindungi dan sistem pembinaan berjalan dengan baik dan adil. Perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme seleksi atlet dan komunikasi antara pengurus dengan atlet untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.