Libur Idul Adha Sepi, Malioboro Lesu? Kata Kusir & Pedagang

Libur Idul Adha Sepi, Malioboro Lesu? Kata Kusir & Pedagang
Sumber: Kompas.com

Libur panjang Idul Adha 2025 yang dinantikan banyak pelaku usaha wisata di Yogyakarta, ternyata tidak memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kunjungan wisatawan ke Malioboro. Sejumlah pedagang dan kusir andong justru mengeluhkan penurunan jumlah pengunjung dibandingkan libur panjang sebelumnya. Hal ini menjadi sorotan mengingat Malioboro merupakan destinasi wisata utama di Yogyakarta.

Kusir Andong Mengalami Penurunan Penumpang

Muhammad Arifin, seorang kusir andong berusia 28 tahun, merasakan penurunan jumlah wisatawan yang menggunakan jasanya selama libur Idul Adha. Ia membandingkan dengan libur panjang Mei 2025 yang jauh lebih ramai.

Arifin menjelaskan bahwa jumlah wisatawan yang menggunakan jasa andongnya cenderung stabil, tidak mengalami peningkatan signifikan. Puncak keramaian hanya terjadi pada hari Minggu, sementara Jumat dan Sabtu relatif sepi.

Ia menduga, banyak wisatawan memilih untuk menghabiskan waktu Idul Adha bersama keluarga di rumah. Hal ini berbeda dengan libur Idul Fitri atau libur sekolah yang biasanya membuat Arifin kebanjiran penumpang.

Peningkatan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, menurut Arifin, lebih terasa signifikan saat momen Idul Fitri atau libur sekolah. Pada saat-saat tersebut, ia biasanya memperoleh banyak penumpang.

Pedagang Malioboro Mencatat Kenaikan yang Tidak Signifikan

Bambang, seorang pedagang di Teras Malioboro Ketandan, mengamini hal tersebut. Ia mengakui adanya peningkatan pengunjung selama libur Idul Adha, namun kenaikannya tidak signifikan.

Kenaikan jumlah pengunjung pada libur Idul Adha, menurut Bambang, tidak sebesar saat libur Idul Fitri. Situasinya lebih mirip dengan akhir pekan biasa.

Omset penjualannya pun tidak mengalami lonjakan drastis. Peningkatan yang ia rasakan tidak mencapai 50 persen dibandingkan hari biasa.

Pada hari biasa, omset Bambang berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000. Namun, selama libur Idul Adha, omsetnya hanya mencapai sekitar Rp 500.000.

Analisis Daya Beli dan Preferensi Wisatawan

Penurunan kunjungan wisatawan ke Malioboro selama libur Idul Adha ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kemungkinan penurunan daya beli masyarakat.

Selain itu, preferensi wisatawan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga selama Idul Adha juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Hal ini menunjukkan pentingnya strategi pemasaran yang tepat sasaran.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Yogyakarta perlu melakukan evaluasi dan strategi yang lebih baik untuk menarik wisatawan. Memanfaatkan momen-momen liburan besar agar tetap ramai membutuhkan perencanaan yang matang.

Meskipun terdapat beberapa wisatawan yang datang dari luar Yogyakarta, seperti dari Jakarta dan Jawa Tengah, jumlahnya tetap terbatas. Hal ini menegaskan rendahnya daya tarik Malioboro dibandingkan dengan periode liburan lainnya.

Meskipun libur panjang Idul Adha diharapkan dapat mendongkrak perekonomian sektor pariwisata di Yogyakarta, realitanya menunjukkan sebaliknya. Penurunan kunjungan wisatawan ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha di kawasan Malioboro untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam menarik kunjungan wisatawan di masa mendatang. Perlu kajian lebih lanjut untuk memahami pergeseran tren wisata dan mempersiapkan antisipasi terhadap penurunan daya beli masyarakat.

Pos terkait