Nissan Anjlok: PHK Besar, Pabrik Ditutup Secara Massal

Nissan Anjlok: PHK Besar, Pabrik Ditutup Secara Massal
Sumber: Detik.com

Produsen mobil Jepang, Nissan, mengumumkan rencana efisiensi besar-besaran yang akan berdampak signifikan pada operasional global mereka. Langkah ini meliputi penutupan beberapa pabrik perakitan di Jepang dan luar negeri, sebagai upaya untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan yang tengah mengalami penurunan penjualan.

Rencana tersebut diumumkan pada pertengahan Mei 2025, dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pekerja dan analis industri otomotif. Penutupan pabrik ini menandai babak baru bagi Nissan, yang sebelumnya enggan menutup pabrik di dalam negeri.

Penutupan Pabrik di Jepang dan Dampaknya

Nissan berencana menutup dua pabrik perakitan di Jepang: pabrik Oppama dan pabrik Shonan. Penutupan ini akan mengurangi jumlah pabrik perakitan Nissan di Jepang menjadi hanya tiga.

Pabrik Oppama, yang berdiri sejak 1961, memiliki kapasitas produksi sekitar 240.000 mobil per tahun dan mempekerjakan sekitar 3.900 orang. Pabrik ini bersejarah karena menjadi tempat produksi Nissan Leaf, mobil listrik massal pertama di dunia.

Sementara itu, pabrik Shonan, yang dioperasikan oleh Nissan Shatai (perusahaan patungan dengan Nissan), memproduksi van komersial dengan kapasitas sekitar 150.000 unit per tahun dan mempekerjakan 1.200 pekerja. Penutupan pabrik ini akan berdampak besar pada ekonomi lokal dan pekerja di daerah tersebut.

Tiga pabrik yang akan tetap beroperasi di Jepang adalah pabrik Tochigi, Nissan Motor Kyushu, dan Nissan Shatai Kyushu.

Strategi Efisiensi Global Nissan

Selain penutupan pabrik di Jepang, Nissan juga mempertimbangkan untuk menghentikan produksi di beberapa pabrik di luar negeri. Informasi yang beredar menyebutkan pabrik di Afrika Selatan, India, dan Argentina menjadi kandidat.

Di Meksiko, Nissan juga akan memangkas jumlah pabriknya. Meskipun Nissan sendiri belum memberikan konfirmasi resmi, laporan menyebutkan dua pabrik di Meksiko sedang dipertimbangkan untuk ditutup.

Rencana efisiensi ini mencakup pengurangan jumlah pabrik secara global dari 17 menjadi 10. Langkah ini termasuk pemangkasan sekitar 15% dari total tenaga kerja Nissan.

Dampak Penjualan dan Perubahan Strategi

Penjualan Nissan pada tahun fiskal 2024 anjlok hingga 42% dibandingkan tahun 2017, mencapai 3,3 juta kendaraan. Penurunan penjualan ini menjadi salah satu faktor pendorong di balik rencana efisiensi besar-besaran.

Nissan juga mengumumkan konsolidasi produksi truk pikap Frontier dan Navara. Produksi akan dipusatkan di pabrik Civac, Meksiko. Hal ini juga merupakan bagian dari strategi efisiensi yang diterapkan perusahaan.

Perubahan strategi ini menandai pergeseran arah yang signifikan dibandingkan kepemimpinan sebelumnya. CEO baru, Ivan Espinosa, mengambil langkah yang lebih agresif dibandingkan pendahulunya, Makoto Uchida, yang sebelumnya lebih optimis terhadap perluasan produksi global.

Sebagai tambahan, Nissan juga mengumumkan bahwa mereka akan menggabungkan produksi dengan mitra aliansi mereka, Renault, di India. Langkah ini menunjukkan upaya Nissan untuk mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional di pasar India.

Secara keseluruhan, rencana efisiensi Nissan ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang menantang dan upaya untuk mencapai profitabilitas yang lebih baik. Namun, rencana ini juga akan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, khususnya bagi pekerja yang akan terkena dampak PHK dan penutupan pabrik. Keberhasilan strategi ini akan sangat bergantung pada bagaimana Nissan dapat mengelola transisi ini secara efektif dan memastikan keberlanjutan bisnis mereka di masa depan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *