Putra Mahkota Iran: Pengasingan, Pemberontakan, & Seruan Gulingkan Khamenei

Putra Mahkota Iran: Pengasingan, Pemberontakan, & Seruan Gulingkan Khamenei
Sumber: Suara.com

Tengah memanasnya konflik Iran-Israel, muncul seruan perlawanan terhadap rezim Ali Khamenei dari Reza Pahlevi, mantan putra mahkota Iran yang digulingkan pada revolusi 1979.

Pahlevi mengklaim serangan Israel yang menewaskan sejumlah petinggi militer Iran telah membangkitkan perlawanan rakyat.

Seruan Perlawanan dari Reza Pahlevi

Melalui unggahan di X (dulu Twitter), Pahlevi menyatakan Republik Islam Iran telah mencapai titik akhir dan menuju keruntuhan.

Ia menggambarkan Khamenei sebagai sosok yang ketakutan dan kehilangan kendali atas situasi. Pahlevi optimis masa depan Iran cerah dan perubahan besar akan segera terjadi.

Pahlevi juga menyatakan aparat represif rezim mulai runtuh dan menyerukan pemberontakan nasional untuk mengakhiri rezim tersebut.

Ia mengajak seluruh rakyat Iran untuk bersatu, dari berbagai penjuru negeri, guna mengakhiri kekuasaan rezim saat ini.

Profil Reza Pahlevi: Putra Mahkota yang Menjadi Pembangkang

Lahir di Teheran pada 31 Oktober 1960, Reza Pahlevi meninggalkan Iran pada 1978 untuk bersekolah di Amerika Serikat, setahun sebelum revolusi.

Ia dididik untuk menjadi penerus ayahnya, bahkan dilatih sebagai pilot jet tempur di Amerika Serikat. Namun, revolusi 1979 mengubah segalanya.

Setelah kematian ayahnya pada 1980, Reza Pahlevi, di usia 20 tahun, mendeklarasikan dirinya sebagai “Shah Iran” di pengasingan.

Sejak saat itu, ia konsisten menyuarakan pandangannya dan terus berada di luar Iran.

Visi Politik Reza Pahlevi: Iran yang Demokratis dan Sekuler

Berbeda dengan citra monarki absolut, Reza Pahlevi mengusung visi Iran yang demokratis dan sekuler.

Ia menyerukan transisi damai melalui pembangkangan sipil tanpa kekerasan dan persatuan nasional.

Tujuan utamanya adalah untuk menumbangkan rezim dari dalam dan membangun Iran baru yang lebih baik.

Seruan Reza Pahlevi ini menambah dinamika situasi politik di Iran yang tengah bergejolak.

Apakah seruannya akan membuahkan hasil, atau hanya sekadar menambah kompleksitas konflik yang ada, hanya waktu yang akan menjawabnya. Perkembangan situasi di Iran patut untuk terus dipantau.

Pos terkait