Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya: Kisah Haru Korban Selamat

Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya: Kisah Haru Korban Selamat
Sumber: Kompas.com

Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu, 2 Juli 2025, menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan mengungkapkan kisah heroik para penyintas yang berjuang melawan maut. Hingga Sabtu, 5 Juli 2025, sebanyak 29 orang masih dinyatakan hilang, sementara 30 penyintas berhasil diselamatkan dan 6 orang ditemukan meninggal dunia.

Kisah-kisah perjuangan hidup para penyintas mengungkap kepanikan dan perjuangan mereka menghadapi kejadian yang berlangsung cepat dan tanpa peringatan dini. Beberapa dari mereka bahkan harus kehilangan orang-orang terkasih di tengah terjangan ombak ganas Selat Bali.

‘Merangkul Tubuh Ayah di Tengah Ombak’

Eka Toniansyah, salah satu penyintas, menggambarkan pengalamannya sebagai “bertaruh nyawa”. Ia menceritakan bagaimana ia berjuang menyelamatkan diri dan ayahnya, Eko Satriyo (51 tahun), saat kapal mulai tenggelam.

Dalam kepanikan, Eka merangkul erat tubuh ayahnya saat tergulung ombak. Sayangnya, Eko tidak dapat diselamatkan.

Eka bercerita, ia berpegangan pada tubuh ayahnya yang telah meninggal hingga akhirnya berhasil mencapai permukaan laut. Ia terapung selama lima jam sebelum ditemukan nelayan.

Eka dan jenazah ayahnya ditemukan oleh nelayan di sekitar Pantai Banyubiru, Bali. Mereka kemudian dibawa ke Pelabuhan ASDP Ketapang.

Detik-Detik Kapal Tenggelam dan Kesaksian Para Penyintas

Eka mengungkapkan, kejadian berlangsung sangat cepat, hanya sekitar tiga menit. Kapal tiba-tiba miring tanpa peringatan dari petugas.

Para penumpang, termasuk Eka dan ayahnya, berinisiatif mengambil sendiri pelampung yang tersedia. Sayangnya, tidak semua penumpang berhasil mendapatkan pelampung.

Kesaksian Eka serupa dengan beberapa penyintas lain yang diwawancarai oleh BBC News Indonesia. Mereka juga mengaku tidak mendengar pengumuman mengenai bahaya tenggelamnya kapal.

Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyatakan komitmen pemerintah untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan dan mencegah kejadian serupa terulang. KNKT akan ditugaskan untuk melakukan investigasi menyeluruh.

Perjuangan Dimas Hadi dan Pencarian yang Berlanjut

Kisah perjuangan hidup juga datang dari Dimas Hadi, seorang pegawai pelabuhan yang ikut naik KMP Tunu Pratama Jaya tanpa tiket. Ia tertidur saat perjalanan dan terbangun karena kapal sudah miring.

Dimas langsung mengambil pelampung dan melompat ke laut. Berbekal pengalamannya sebagai anak nelayan, ia berenang menjauhi kapal yang tenggelam, menghindari pusaran air.

Setelah berenang berjam-jam, Dimas akhirnya diselamatkan seorang nelayan. Ia bahkan sempat membantu menyelamatkan empat orang lainnya, meskipun salah satunya ditemukan sudah meninggal.

Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian terhadap 29 korban yang masih hilang. Mereka mengerahkan kapal dan helikopter untuk memperluas area pencarian hingga 20 mil laut dari lokasi kejadian.

Pencarian sempat terhambat cuaca buruk pada hari kedua. Namun, pada hari Sabtu, tim SAR berencana mendatangkan peralatan pencarian bawah laut untuk membantu operasi pencarian.

KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang pukul 22.56 WIB dan mengirimkan panggilan darurat sekitar pukul 23.20 WIB. Lima menit kemudian, kapal tersebut tenggelam.

Cuaca buruk dengan gelombang setinggi 2,5 meter sempat menghambat proses penyelamatan dan pencarian korban pada awal kejadian.

Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya menyoroti pentingnya keselamatan pelayaran dan pengawasan yang lebih ketat. Kisah-kisah heroik para penyintas sekaligus mengingatkan betapa berharganya nyawa manusia dan perlunya kesiapsiagaan menghadapi bencana laut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *