Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem akan terus melanda berbagai wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Hal ini merupakan kelanjutan dari prediksi cuaca ekstrem yang telah disampaikan BMKG sejak akhir Juni 2025. Jabodetabek pun termasuk dalam wilayah yang berpotensi terdampak. Penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berdampak luas di berbagai wilayah Indonesia. Ancaman ini bukan hanya sekadar prediksi, tetapi berdasarkan data dan analisis BMKG yang mendetail.
Prediksi Cuaca Ekstrem BMKG: Wilayah Terdampak dan Potensi Bencana
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem berpotensi terjadi di beberapa wilayah utama di Indonesia. Wilayah Pulau Jawa bagian barat dan tengah menjadi fokus utama.
Pulau Jawa bagian barat dan tengah bukan satu-satunya daerah yang perlu mewaspadai cuaca ekstrem. Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan sekitarnya juga masuk dalam kategori rawan.
Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram, juga masuk dalam daftar wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Wilayah Maluku bagian tengah dan Papua bagian tengah dan utara juga perlu waspada.
Periode 10-12 Juli 2025 diprediksi akan terjadi pergeseran potensi hujan signifikan ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Hal ini disebabkan oleh pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis.
Anomali Curah Hujan dan Faktor Penyebabnya
Anomali curah hujan yang telah terjadi sejak Mei 2025 diprediksi akan berlanjut hingga Oktober 2025. Sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan di atas normal.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah melemahnya Monsun Australia. Monsun yang lemah berkontribusi terhadap suhu muka laut di selatan Indonesia yang tetap hangat.
Suhu muka laut yang hangat ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan anomali curah hujan. Hal ini menyebabkan curah hujan di atas normal, bahkan di musim kemarau.
Imbauan BMKG dan Antisipasi Bencana Hidrometeorologi
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi hujan lebat. Hujan lebat ini berpotensi disertai kilat, petir, dan angin kencang.
Masyarakat perlu mewaspadai berbagai risiko bencana hidrometeorologi. Banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan banjir bandang merupakan beberapa ancaman yang perlu diantisipasi.
Gangguan transportasi juga menjadi dampak yang perlu diwaspadai. Kondisi cuaca ekstrem berpotensi mengganggu aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Gelombang Kelvin aktif terpantau melintas di pesisir utara Jawa. Pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memperparah kondisi ini.
Penumpukan massa udara, konvergensi angin, dan labilitas atmosfer lokal yang kuat mempercepat pertumbuhan awan hujan. Kombinasi faktor-faktor ini meningkatkan potensi cuaca ekstrem.
Berdasarkan iklim global, BMKG dan pusat iklim dunia memprediksi ENSO dan IOD akan tetap netral pada semester kedua tahun 2025. Kondisi ini menyebabkan sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal di musim kemarau, atau yang dikenal sebagai kemarau basah.
Lemahnya angin monsoon Australia juga berperan dalam kondisi ini. Angin yang lemah menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat, berkontribusi pada anomali curah hujan.
Kesimpulannya, cuaca ekstrem dan anomali curah hujan yang terjadi saat ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik skala lokal maupun global. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalisir dampak negatif dari cuaca ekstrem yang diprediksi akan terus berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
