7 Alasan Bong In Membenci Keluarga Kerajaan: The Haunted Palace

7 Alasan Bong In Membenci Keluarga Kerajaan: The Haunted Palace
Sumber: Idntimes.com

Kekejaman Kim Bong In, penasihat negara sekaligus kakek dari Raja Yi Sung dalam drama Korea *The Haunted Palace*, akhirnya terungkap. Ia terbukti sebagai dalang di balik pengiriman roh jahat Palcheokgwi ke tubuh keturunan raja, termasuk keluarganya sendiri. Perbuatan keji ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa Bong In begitu membenci keluarganya sendiri? Berikut beberapa alasan yang menjelaskan dendam membara Bong In terhadap keturunan raja.

Dendam Bong In berakar jauh, tertanam dalam perbedaan ideologi dan ambisi kekuasaan. Kejahatan yang dilakukannya bukanlah tindakan impulsif, melainkan hasil dari perencanaan yang matang dan terencana.

Perbedaan Pandangan Politik sebagai Pemicu Dendam

Ayah Raja Yi Sung, menantunya sendiri, menginginkan reformasi perbudakan. Hal ini memicu konflik besar antara Bong In dan menantunya.

Bong In, yang mewakili kepentingan bangsawan, menentang keras reformasi tersebut. Perbedaan pendapat ini menjadi benih awal dendam yang kemudian berkembang menjadi aksi kejahatan yang mengerikan.

Pemberontakan dan Penggunaan Palcheokgwi

Untuk mencegah kerugian bagi kalangan bangsawan, Bong In bersama Kwak Sang Chun memimpin pemberontakan. Mereka menggunakan Palcheokgwi untuk menyerang menantunya.

Bong In melihat reformasi perbudakan sebagai ancaman bagi kekuasaan dan kesejahteraan bangsawan. Penggunaan Palcheokgwi menjadi bukti kesiapannya untuk melakukan apapun demi tujuannya.

Manipulasi dan Pemanfaatan Raja Yi Sung

Setelah kematian raja sebelumnya, Bong In memanfaatkan cucunya, Yi Sung, dengan berpura-pura baik. Ia ingin menggunakan Yi Sung untuk mencapai tujuan pribadinya.

Bong In dengan licik menyembunyikan niatnya yang sesungguhnya. Ia membangun citra kakek yang penyayang untuk menutupi niat jahatnya.

Penolakan Reformasi dan Tindakan Balas Dendam

Bong In menganggap Yi Sung, yang juga menginginkan reformasi perbudakan, menentang hukum alam. Hal ini semakin menguatkan dendamnya.

Keinginan Yi Sung untuk melanjutkan reformasi perbudakan yang telah dimulai oleh ayahnya dianggap sebagai penghalang bagi ambisi Bong In.

Kecemburuan dan Ketakutan akan Perubahan

Keinginan Yi Sung untuk mereformasi perbudakan, ditandai dengan undangannya kepada Choi Won Woo ke istana, membuat Bong In semakin marah dan cemburu.

Kehadiran Choi Won Woo, yang kemungkinan mendukung reformasi, dianggap sebagai ancaman serius bagi rencana Bong In.

Upaya Pembunuhan yang Gagal dan Eskalasi Dendam

Bong In mencoba membunuh Yi Sung saat masih menjadi putra mahkota. Namun, Yi Sung ternyata memiliki batu penangkal roh jahat.

Kegagalan percobaan pembunuhan ini justru meningkatkan amarah dan dendam Bong In. Ia semakin terobsesi untuk menyingkirkan Yi Sung.

Target Baru: Yi Gwang

Karena Yi Sung kebal terhadap Palcheokgwi, Bong In mengalihkan sasarannya ke Yi Gwang, adik Yi Sung. Ini merupakan konsekuensi dari penolakan Yi Sung terhadap rencana liciknya.

Kematian Yi Gwang menjadi strategi alternatif Bong In untuk menekan Yi Sung dan menghentikan reformasi perbudakan. Kekejamannya tak mengenal batas.

Pengakuan Kim Bong In di hadapan Raja Yi Sung mengungkap kedalaman kejahatan dan motif di baliknya. Dendam yang didasari oleh perbedaan pandangan politik, ambisi kekuasaan, dan ketakutan akan perubahan, telah mendorongnya melakukan perbuatan keji yang merenggut nyawa dan mengancam keluarganya sendiri. Kisah ini menyoroti betapa berbahaya ambisi tanpa batas dan bagaimana perbedaan pendapat dapat berujung pada tragedi. Karakter Bong In menjadi contoh nyata bagaimana kebencian dapat menghancurkan, tak hanya korbannya, tetapi juga pelaku itu sendiri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *