Menitipkan orangtua ke panti jompo seringkali dibebani stigma negatif. Banyak yang menganggapnya sebagai bentuk ketidakbaktian anak terhadap orangtua. Namun, pandangan ini perlu diluruskan. Dalam beberapa situasi, keputusan tersebut justru bisa dilandasi rasa sayang, empati, dan tanggung jawab yang tinggi.
Psikolog klinis Fitri Jayanthi, M.Psi., menjelaskan bahwa keputusan ini seringkali menimbulkan konflik batin yang berat bagi anak. Mereka merasa seolah telah mengabaikan orangtua yang telah merawat mereka sejak kecil.
Menitipkan Orangtua ke Panti Jompo: Bukan Tanda Ketidakbaktian
Keputusan menitipkan orangtua ke panti jompo bukan selalu mencerminkan sikap tidak peduli. Banyak anak mengambil jalan ini karena menyadari keterbatasan mereka dalam memberikan perawatan yang dibutuhkan orangtua.
Keterbatasan tersebut bisa berupa waktu, tenaga, atau bahkan kemampuan merawat lansia yang membutuhkan perhatian khusus. Panti jompo menawarkan solusi dengan tenaga profesional dan fasilitas memadai.
Kebutuhan Orangtua: Lebih dari Sekadar Perawatan Fisik
Orangtua seringkali membutuhkan lebih dari sekadar perawatan fisik. Mereka juga membutuhkan teman bicara, aktivitas sosial, dan pendampingan yang konsisten.
Panti jompo menyediakan lingkungan yang merangsang interaksi sosial dan menyediakan aktivitas yang sesuai dengan kondisi lansia. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan.
Dalam situasi di mana tidak ada *caregiver* di rumah yang dapat memberikan perhatian penuh, menitipkan orangtua ke panti jompo bisa menjadi pilihan terbaik. Yang penting, keputusan ini harus diambil bersama dan hubungan emosional tetap terjaga.
Menjaga Kedekatan Emosional
Meski orangtua tinggal di panti jompo, anak tetap perlu menjaga kedekatan emosional. Hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rutin, komunikasi teratur, atau berbagi momen spesial bersama.
Mengunjungi orangtua di hari-hari spesial, menelepon secara rutin, atau sekadar menikmati makanan favorit bersama merupakan cara sederhana namun bermakna untuk menunjukkan kasih sayang.
Mengatasi Rasa Bersalah: Mengubah Perspektif dan Fokus pada Solusi
Rasa bersalah seringkali menghantui anak yang menitipkan orangtuanya. Fitri menyarankan untuk mengubah cara berpikir agar dapat mengelola emosi ini dengan lebih baik.
Alih-alih terjebak dalam penyesalan masa lalu, fokuslah pada apa yang dapat dilakukan saat ini. Bertanyalah, “Apa yang bisa aku lakukan untuk tetap terhubung dengan orangtuaku?”, atau “Apa yang bisa membantu mengurangi rasa bersalahku?”.
Dengan berfokus pada solusi, anak akan lebih mudah untuk bergerak maju dan tetap hadir secara emosional bagi orangtuanya. Menumbuhkan perasaan positif seperti bangga karena telah berusaha hadir untuk orang tua dapat menyeimbangkan rasa bersalah.
Meluruskan Stigma Negatif
Stigma negatif terkait panti jompo perlu diluruskan. Menitipkan orangtua ke panti jompo tidak selalu berarti “membuang” mereka.
Jika keputusan diambil bersama dan anak tetap menjaga kedekatan emosional, maka hal tersebut bukan bentuk penelantaran, melainkan bentuk perawatan yang bertanggung jawab dan penuh empati.
Dengan memahami hal ini, semoga stigma negatif seputar panti jompo dapat dihilangkan dan memberikan pandangan yang lebih positif bagi semua pihak.
Pada akhirnya, keputusan untuk menitipkan orangtua ke panti jompo merupakan keputusan personal yang kompleks. Yang terpenting adalah kesejahteraan dan kebahagiaan orangtua tetap menjadi prioritas utama, dan hubungan emosional antara anak dan orangtua tetap terjaga dengan baik, apapun bentuk perawatan yang diberikan.