BYD, produsen mobil terbesar di China, tengah menghadapi tantangan. Perusahaan dilaporkan memperlambat produksi di tengah meningkatnya persediaan mobil di dealer-dealer mereka. Hal ini terjadi meskipun BYD telah memberikan diskon besar-besaran untuk 22 model mobilnya. Langkah ini menimbulkan pertanyaan tentang strategi penjualan dan prospek pasar otomotif di China.
Penurunan produksi ini merupakan respon langsung terhadap stok mobil yang menumpuk. Persediaan yang berlebih di dealer memaksa BYD untuk mengambil tindakan korektif.
Penurunan Produksi dan Pembatalan Shift Malam
Langkah pertama yang diambil BYD adalah membatalkan shift malam di beberapa fasilitas produksinya. Ini secara signifikan mengurangi kapasitas produksi mereka.
Selain itu, BYD juga memangkas kapasitas produksi hingga sepertiga di beberapa pabrik. Pengurangan ini menunjukkan keseriusan situasi yang dihadapi perusahaan.
Langkah lain yang cukup mengejutkan adalah penangguhan rencana pembangunan jalur produksi baru. Ini menunjukkan bahwa BYD lebih fokus untuk mengatasi masalah persediaan yang ada terlebih dahulu.
Diskon Besar dan Penurunan Harga
Pada Mei 2025, BYD memberikan diskon sebesar 53.000 yuan untuk 22 model mobilnya. Ini merupakan upaya untuk mengatasi masalah persediaan yang terus meningkat.
Sayangnya, strategi diskon besar-besaran ini belum cukup efektif. Persediaan di pasar tetap bertambah, bahkan beberapa jaringan dealer di Tiongkok timur terpaksa menghentikan sebagian operasinya.
Meskipun penjualan masih menunjukan peningkatan, namun pertumbuhannya melambat. Strategi agresif BYD dalam memberikan diskon tampaknya belum mampu menyerap jumlah produksi yang tinggi.
Analisis Penjualan dan Persediaan
Data dari China EV DataTracker menunjukkan penjualan BYD mencapai 1.151.919 unit pada Januari hingga Mei 2025, naik 11 persen year-on-year.
Ekspor BYD juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 374.200 unit dalam periode yang sama, naik 112 persen year-on-year.
Namun, data Asosiasi Produsen Mobil Tiongkok (CAAM) menunjukkan pertumbuhan produksi BYD melambat menjadi hanya 0,2 persen pada Mei 2025. Ini menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan.
Survei Asosiasi Dealer Otomotif Tiongkok pada Mei 2025 menunjukkan persediaan rata-rata dealer BYD mencapai 3,21 bulan. Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata industri yang hanya 1,38 bulan.
Persediaan yang tinggi ini menjadi ancaman serius bagi jaringan penjualan BYD di Tiongkok. Perusahaan perlu menemukan solusi efektif untuk mengatasi masalah ini.
Kesimpulannya, situasi yang dihadapi BYD menunjukkan kompleksitas pasar otomotif di China. Meskipun berhasil meraih angka penjualan dan ekspor yang tinggi, perusahaan perlu menyeimbangkan produksi dengan permintaan pasar agar terhindar dari penumpukan persediaan. Ke depan, strategi yang lebih terukur dan responsif terhadap fluktuasi pasar akan sangat penting bagi keberlanjutan BYD di pasar otomotif yang kompetitif ini. Pengamatan terhadap perkembangan selanjutnya akan sangat menarik untuk melihat bagaimana BYD mengatasi tantangan ini dan strategi apa yang akan mereka terapkan untuk masa depan.
