Para peneliti berhasil mengungkap spesies tonggeret tertua yang pernah ditemukan. Fosil spesies ini, yang diberi nama *Eoplatypleura messelensis*, ditemukan di situs Warisan Dunia UNESCO, Messel Pit di Frankfurt, Jerman. Penemuan ini memberikan wawasan berharga tentang evolusi serangga dan sejarah kehidupan di Bumi jutaan tahun lalu. Temuan ini juga memicu pertanyaan baru mengenai kepunahan dinosaurus.
Fosil *E. messelensis* berasal dari zaman Eosen, sekitar 56 hingga 33,9 juta tahun yang lalu. Ukurannya cukup besar, dengan panjang tubuh sekitar 2,5 cm dan rentang sayap mencapai 6,8 cm.
Tonggeret Purba dari Messel Pit
Messel Pit, lokasi penemuan fosil, terkenal akan kekayaan fosilnya yang terawetkan dengan sangat baik. Formasi batuan serpih minyak di situs ini telah menghasilkan banyak penemuan penting dalam paleontologi.
Spesies tonggeret baru ini termasuk dalam kelompok *Platypleurini*, salah satu cabang tonggeret terbesar. Penemuan ini sangat signifikan karena jumlah fosil tonggeret dari era Kenozoikum yang ditemukan sangat terbatas, hanya sekitar 44 spesimen.
Dr. Sonja Wedmann, salah satu penulis penelitian, menjelaskan pentingnya penemuan ini bagi pemahaman evolusi kelompok *Platypleurini*. Kelompok ini memiliki distribusi geografis yang luas dan keanekaragaman spesies yang tinggi, dengan karakteristik unik.
Fosil *E. messelensis* menunjukkan detail yang luar biasa, termasuk pola pada sayapnya. Pola ini mirip dengan tonggeret modern yang hidup di hutan dan semak-semak, kemungkinan berfungsi sebagai kamuflase.
Jembatan Sejarah Evolusi Serangga
Penemuan *E. messelensis* membantu mengisi celah dalam pemahaman evolusi tonggeret. Meskipun fosil yang ditemukan adalah betina, kelompok *Platypleurini* dikenal dengan pejantan yang menghasilkan suara nyaring untuk menarik pasangan.
Ini menunjukkan bahwa perilaku tersebut mungkin telah ada sejak zaman Eosen. Fosil ini juga berpotensi menjadi referensi penting untuk studi genetika dan evolusi serangga di masa mendatang.
Sonja Wedmann menekankan peran penting serangga dalam keanekaragaman hayati. Rekaman fosil serangga membantu para ilmuwan memahami perkembangan ekosistem dan interaksi ekologis di masa lalu.
Kepunahan Dinosaurus: Sebuah Perdebatan Berlanjut
Sebuah studi terpisah dari University College London membahas pertanyaan tentang kepunahan dinosaurus. Apakah kepunahan tersebut sudah dimulai sebelum asteroid menghantam Bumi 66 juta tahun lalu?
Studi tersebut menganalisis sekitar 8.000 fosil dinosaurus dari Amerika Utara. Mereka berfokus pada empat famili dinosaurus: Ankylosauridae, Ceratopsidae, Hadrosauridae, dan Tyrannosauridae.
Hasilnya menunjukkan bahwa keempat famili tersebut masih tersebar luas dan umum ditemukan menjelang akhir zaman Kapur. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kepunahan sebelum dampak asteroid.
Chris Dean, penulis utama studi ini, berpendapat bahwa anggapan sebelumnya tentang dinosaurus yang sudah mendekati kepunahan kemungkinan disebabkan oleh data fosil yang tidak akurat. Kurangnya rekaman fosil dari periode kritis tersebut menciptakan ilusi kepunahan.
Studi ini mempertimbangkan faktor geologis yang dapat memengaruhi pelestarian fosil. Penyusutan Western Interior Seaway dan pembentukan Pegunungan Rocky dapat mengganggu proses fosilisasi.
Lapisan batuan dari periode Maastrichtian di Amerika Utara seringkali tidak terpapar atau tertutup vegetasi, membuat pencarian fosil menjadi sulit. Kendati demikian, temuan ini justru memperkuat hipotesis bahwa dampak asteroid menjadi penyebab utama kepunahan dinosaurus.
Jika bukan karena asteroid, dinosaurus mungkin masih hidup berdampingan dengan mamalia dan reptil. Kedua penemuan ini, baik fosil tonggeret maupun studi tentang kepunahan dinosaurus, menunjukkan betapa pentingnya studi fosil dalam memahami sejarah kehidupan di Bumi.