Indonesia dan Kanada sepakat memperkuat kerja sama dalam menghadapi perubahan iklim global. Hal ini ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, saat menghadiri peringatan Hari Nasional Kanada ke-158 di Jakarta.
Kerja Sama Indonesia-Kanada: Fokus pada Ketahanan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan
Pratikno menekankan pentingnya fokus pada isu strategis: ketahanan lingkungan, keadilan sosial, dan pembangunan berkelanjutan. Ketiga hal ini menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan global.
Ia menyebut kerja sama bilateral Indonesia-Kanada sebagai respons terhadap tantangan masa depan. Aksi iklim membutuhkan keberanian, sementara keadilan sosial membutuhkan keteguhan.
Pratikno juga mengapresiasi peran diaspora Indonesia di Kanada sebagai jembatan budaya. Ia juga memuji komitmen Kanada terhadap demokrasi dan multikulturalisme.
Kanada: Komitmen Global dalam Penanganan Krisis Iklim
Sebagai anggota G7, Kanada menunjukkan komitmen tinggi dalam penanganan krisis iklim. Hal ini terlihat dari disahkannya Net-Zero Emissions Accountability Act pada 2021.
Undang-undang tersebut menetapkan target emisi nol bersih pada 2050. Target jangka menengahnya adalah penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 40–45% dari level tahun 2005 pada 2030.
Kanada juga menerapkan sistem harga karbon nasional melalui skema federal carbon pollution pricing. Pajak karbon dikenakan pada bahan bakar fosil, dengan sebagian besar pendapatan dikembalikan kepada rumah tangga.
Di sektor energi, Kanada mendorong energi terbarukan dan berinvestasi dalam inovasi hijau. Inovasi ini mencakup penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) serta teknologi hidrogen.
Kanada juga berkomitmen dalam konservasi lingkungan. Negara ini menargetkan perlindungan 30% wilayah daratan dan perairan pada tahun 2030.
Peluang Kolaborasi dan Pertukaran Praktik Terbaik untuk Indonesia
Keberhasilan Kanada dalam merancang kerangka hukum dan kebijakan iklim dapat menjadi referensi bagi Indonesia. Hal ini disampaikan Menko PMK terkait agenda transisi energi dan pembangunan berkelanjutan.
Pratikno menekankan persamaan visi antara Indonesia dan Kanada. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” bertemu dengan semboyan “From Sea to Sea”, menunjukkan kesamaan visi kedua negara.
Ia juga menekankan pentingnya kemitraan setara dan solid antarnegara. Kemitraan ini untuk memperkuat daya tahan komunitas rentan, memperjuangkan HAM, dan melestarikan budaya dan lingkungan.
Hubungan diplomatik Indonesia-Kanada telah terjalin sejak 1952. Kedua negara tengah berupaya menyelesaikan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
CEPA diharapkan menjadi landasan baru dalam memperluas kerja sama ekonomi hijau dan pembangunan inklusif. Kerja sama ini akan semakin memperkuat hubungan bilateral kedua negara dalam menghadapi tantangan global, khususnya perubahan iklim.