Terlalu Bergantung pada Orang Lain? Bahayakah Ini untuk Kesehatanmu?

Terlalu Bergantung pada Orang Lain? Bahayakah Ini untuk Kesehatanmu?
Sumber: Poskota.com

Pernahkah Anda merasa terlalu terikat pada seseorang? Psikolog Gayathri Arvind menggambarkannya sebagai perasaan hati yang seolah hidup di luar diri sendiri. Kondisi ini menunjukkan betapa cinta, yang seharusnya menguatkan, justru bisa menjadi beban.

Ketika pasangan menarik diri, sekecil apa pun, rasa panik dan ketakutan bisa langsung muncul. Bahkan, amarahnya dapat menghancurkan seluruh hari Anda.

Kondisi ini seringkali disertai dengan kehilangan nafsu makan, sulit berpikir jernih, dan emosi yang terombang-ambing oleh suasana hati pasangan. Pertanyaannya, apakah cinta memang seharusnya terasa sesakit ini?

Cinta yang Sehat: Mencintai Tanpa Kehilangan Diri

Cinta yang sehat adalah ketika Anda bisa mencintai, peduli, dan menyayangi pasangan tanpa kehilangan jati diri. Keterikatan emosional seharusnya tidak membuat Anda kehilangan identitas.

Sayangnya, banyak orang tidak dibesarkan dalam lingkungan yang mencontohkan cinta yang sehat. Kondisi ini membentuk pola pikir dan perilaku yang terbawa hingga dewasa.

Beberapa orang dibesarkan dengan cinta yang bersyarat, misalnya harus menjadi anak yang penurut. Kondisi ini membuat mereka terbiasa mengaitkan cinta dengan kecemasan, ketakutan, dan perjuangan untuk pembuktian diri.

Luka Masa Lalu dan Harapan Baru: Sumber Keterikatan Berlebihan

Gayathri menjelaskan bahwa jika Anda tumbuh tanpa cinta yang stabil, sistem saraf akan belajar bahwa cinta itu seperti ini. Pola ini kemudian terbawa ke dalam hubungan dewasa.

Saat bertemu seseorang yang memberikan perhatian dan rasa aman yang selama ini dirindukan, muncullah perasaan bahagia dan diterima. Namun, di sinilah jebakan mulai muncul.

Luka masa lalu berubah menjadi harapan baru, yaitu pasangan akan mengisi kekosongan batin. Harapan yang berakar pada luka lama inilah yang seringkali menyebabkan keterikatan berlebihan.

Dari Keterikatan ke Ketergantungan Emosional

Awalnya, keterikatan mungkin terlihat seperti bentuk cinta yang intens. Namun, ketika rasa aman hanya dirasakan saat pasangan hadir, dan suasana hati Anda ditentukan olehnya, itu sudah menjadi ketergantungan emosional.

Ketergantungan emosional membuat seseorang terlalu bergantung pada pasangan, sehingga ketika pasangan menjauh, mereka merasa hancur. Kondisi ini membuat individu kehilangan jati diri dan suara hati.

Mereka mulai mengecilkan diri, menekan kebutuhan pribadi, dan perlahan kehilangan identitasnya. Ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai.

Memulai Perjalanan Penyembuhan: Sadar, Aktif, dan Cari Bantuan

Langkah pertama untuk mengatasi keterikatan berlebihan adalah menyadari bahwa ini adalah pola bawah sadar, bukan karena kelemahan atau sensitivitas berlebih.

Dengan kesadaran, korteks prefrontal—bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan—akan aktif. Ini memungkinkan Anda untuk mulai membuat pilihan yang berbeda.

Ingatkan diri Anda bahwa Anda memiliki pilihan untuk berubah. Terapi, penyembuhan trauma masa kecil, dan bantuan profesional bisa membantu Anda.

Jangan takut mencari bantuan profesional. Jika pola keterikatan sudah sangat kuat, terapi dan dukungan profesional sangat diperlukan. Proses ini bertujuan untuk membantu Anda menemukan kembali jati diri dan mencintai tanpa kehilangan identitas.

Membangun hubungan yang sehat membutuhkan pemahaman diri dan pola pikir yang tepat. Dengan kesadaran, usaha, dan dukungan yang tepat, Anda dapat membangun hubungan yang lebih bermakna dan seimbang.

Pos terkait